“Sebaik-baiknya pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai kamu, kamu berdoa untuk mereka dan mereka berdoa untuk kamu. Seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu melaknati mereka dan mereka melaknati kamu.” (HR Muslim).
Penulis harap kita semua sepakat bahwa “organisasi” adalah suatu kumpulan individu yang memiliki cita-cita yang sama. Sekalipun IPM merupakan Organisasi ‘Otonom’ Muhammadiyah yang pada dasarnya makna otonom itu ialah organisasi atau suatu badan yang dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang dengan bimbingan dan pengawasan, dan dapat membina masyarakat Muhammadiyah tertentu dalam bidang-bidang untuk mencapai tujuannya masing masing, Kita semua juga sudah mengetahui bahwa Ikatan Pelajar Muhammadiyah juga adalah suatu “organisasi otonom” langsung dibawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah sehingga dapat kita simpulkan bahwa IPM merupakan organisasi.
Tapi sebenarnya apa sih tujuan IPM itu? Jangan jauh-jauh dehhh, coba kita lihat visi Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah Darul Arqam Putra yang telah ditetapkan pada Musyawarah Ranting 2024 tanggal 1-2 Agustus 2024 menetapkan arah geraknya atau visi yaiti “Menanamkan nilai-nilai kepemimpinan dan kemajuan, wujudkan santri ideal di lingkungan Darul Arqam”. Dari visi PR.IPM Darul Arqam Putra periodesasi 2024-2025 kita bisa mengambil tiga gagasan utama yang akan di bawa pada periode ini yang pertama kepemimpinan, kedua pewadahan potensi dan ketiga adalah moral. Sehingga ini menjadi tugas bagi kami agar ketiga gagasan tersebut bisa terwujudkan.
Namun jadi persoalannya adalah rata-rata anak Darul Arqam memasuki IPM adalah dirinya merasa bahwa potensi yang mereka miliki dapat terwadahkan ketika mereka memasuki IPM. Padahal kenyataannya dari pengalaman penulis yang melakukan analisis terhadap teman-teman penulis bahwa banyak orang yang merasa bahwa mereka yang masuk ke IPM justru merasa bahwa merekalah yang mewadahi para santri bukan mereka yang terwadahi sehingga ini menjadi “PR” bagi kami agar bagaimana caranya supaya kami bisa mewadahi para anggota dan para santri lainnya. Disamping dengan alasan memasuki IPM karena ingin terwadahinya potensi mereka, ada satu alasan lain mengapa mereka begitu ingin memasuki IPM adalah karena mereka butuh validasi, karena pada dasarnya seorang manusia itu butuh pengakuan, butuh validasi dari lingkungan sekitarnya dan ini juga di perkuat oleh Teori Hierarki Kebutuhan yang diusung oleh Abraham Maslow, secara garis besar Abraham Maslow beranggapan bahwa kebutuhan menjadi alasan terbentuknya motivasi pada diri seorang individu untuk melakukan semua kegiatan yang sekiranya dapat menopang individu tersebut dalam usaha memenuhi kebutuhan mereka. Yang dimana pada akhirnya ada 5 poin utama yang dicetus oleh Maslow pada teori ini dan pada ke-4 Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan yang harus dipenuhi ke-4 adalah Kebutuhan Mendapatkan Penghargaan yang pada akhirnya hal ini termasuk ke dalam butuhnya validasi atau pengakuan dari lingkungan sekitar teman-teman. Oleh karena itu sebenarnya alasan masuk IPM karena butuh validasi it’s okay tapi perlu juga ada timbal baliknya bagi IPM itu sendiri dan IPM hadir atas dasar keresahan yang terjadi di lingkungan santri yang pada akhirnya akan memberikan keberdampakkan bagi kawan-kawan.
Setelah ada masalah maka timbulah pertanyaan. Sebenarnya kita yang butuh IPM atau IPM yang butuh kita? Itu merupakan pertanyaan wajib bagi kita sendiri sekiranya kita akan berorganisasi bukan hanya di IPM saja tapi di organisasi lainnya juga begitu. Namun kita sebagai kader Muhammadiyah sebenarnya sudah memiliki pedoman mungkin istilahnya. Seperti yang dikatakan oleh pendiri Muhammadiyah sendiri KH. Ahmad Dahlan “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari kehidupan di Muhammadiyah” sekalipun IPM bukan yang disebut namun pada dasarnya IPM ada di bawah naungan Muhammadiyah sekalipun IPM adalah organisasi otonom bukan berarti IPM lepas dari naungan Muhammadiyah.
Sebenarnya dari perkataan KH Ahmad Dahlan kita sudah mendapatkan jawaban namun penulis ingin lebih menguraikan maksudnya. Seperti yang kita ketahui bahwa kita semua memiliki maksud dan tujuan ketika kita ingin berorganisasi entah itu karena validasi, popularitas atau alasan lainnya, namun pada dasar nya kita semua berorganisasi atas dasar keberdampakkan entah itu buat IPM atau bagi orang lain.
Maksud dari “Hidup-hidupilah Muhammadiyah” ialah KH Ahmad Dahlan ingin kita menjadi kader yang memberikan keberdampakkan bagi persyarikatan dan itu bisa kita terapkan pada kehidupan kita dalam ber-IPM karena padasarnya kita ber-IPM karena ingin menghidupi IPM yang pada dasarnya segala sesuatu yang kita lakukan pasti disebabkan. Lalu “jangan mencari kehidupan di Muhammadiyah” adalah kita sebagai kader Muhammadiyah khususnya IPM untuk tidak memanfaatkan IPM untuk kepribadian pribadi karena dampak nya bukan untuk satu atau dua orang saja tapi seluruh orang yang terlibat dalam pimpinan tersebut, yang pada akhirnya itu akan menyebabkan kericuhan dalam suatu pimpinan.
Pada akhirnya kita semua sebenarnya sudah memiliki semboyan yang menjadi dasar atau landasan kita dalam berorganisasi. Disamping dengan keinginan pribadi kita dalam berorganisasi, ketika kita berorganisasi kita sudah memiliki tujuan bahwa kita disini karena ingin menghidupi organisasi itu bukan karena ada kepentingan yang hanya menguntungkan sendiri saja. Namun balik lagi bahwa kita berorganisasi karena harus atas dasar keresahan kita terhadap suatu lingkungan yang nantinya kita solusikan melalui program kerja sehingga akan memberikan kebermanfaatan dan keberdampakkan bersama. Oleh karena itu penulis harap kita semua berada pada tujuan yang baik ketika berorganisasi dan juga jangan jadikan organisasi hanya untuk kepentingan pribadi.
Nuuun Walqolami Wa Maa Yasturuuun…
-hamba Allah yang bertakwa-