Kaidah Cinta yang Terbalik

“Cinta bagai bumbu pada masakan, andai kata masakan tersebut tak menggunakan bumbu, maka hanya ada hambarnya masakan yang dirasakan”. Pepatah yang mempresentasikan bahwa hidup kita bagai masakan, kita tak akan pernah merasakan indahnya kehidupan tanpa merasakan dahulu indahnya rasa cinta. Namun, entah definisi cinta apa yang para pemuda-pemudi sekarang tangkap, alih-alih mendapatkan kebahagiaan justru malah terpenjara pada keterpaksaan. Mari kita buka mata kita lebar-lebar, bagaimana gelapnya cinta membutakan pemuda-pemudi masa kini, memperjuangkan yang tak pasti, melindungi hal yang menyakiti, dan ketika ditinggal pergi malah menyalahi takdir seolah Tuhanlah yang menghancurkan hati. Sungguh keanehan ini sudah mendarah daging dalam masyarakat kita.
Hal yang pasti kita telah saksikan bersama atau mungkin justru kita yang melakukan hal yang sama, remaja sekarang dengan mulut entengnya berkata “kaulah separuh nafasku” atau “kau adalah wanita yang paling berharga di hidupku”, sementara dibalik itu ada seorang ibu yang telah melahirkannya, memperjuangkannya, bahkan mempertaruhkan nyawa untuknya. Seolah ia lupa jasa-jasa ibunya dengan kata-kata yang menjijikkan itu. Sungguh remaja sekarang banyak yang membadut dengan lawakan-lawakannya, cuma bisa menghidupi gadis orang dengan dusta-dustanya, mencicipi yang bukan haknya hanya modal rayuan-rayuannya, dan ketika diminta pertanggungjawaban ia bersembunyi dibalik topeng-topeng pengecutnya. Apakah kita seperti mereka ?. Bahkan badannya lebih menjijikkan dari seekor bangkai. Maka jadikanlah semua cerminan ini agar kita sadar bahwa kita seorang pemuda-pemudi untuk melestarikan cinta tidak dengan cara yang seperti ini !!.

     Hakikat Cinta

Hidup itu didasari oleh cinta bukan oleh hawa nafsu. Keliru ketika seseorang mendefinisikan Cinta sama dengan hawa nafsu, karena dua hal ini sangat bertolak belakang. Cinta hadir untuk mendekatkan kita dengan ridho sang Khaliq, sementara Nafsu hadir untuk merusak hubungan kita dengan sang maha pemilik. Dan syarat utama cinta adalah tanggung jawab. Irasional ketika kita berkata cinta namun enggan untuk memperjuangkan yang kita cintai, tanggung jawab terhadap yang kita kasihi, maka sungguh yang dimaksud hanya sekedar hawa nafsu belaka.
Kita semua beropini bahwa hidup tak akan pernah dapat dipisahkan dengan Cinta, maka dengan itu kita pula harus membuktikan opini kita dengan selalu tanggung jawab terhadap apa yang kita cintai. Kita cinta terhadap Allah SWT, maka kita membuktikannya dengan menjalani segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Kita cinta terhadap kedua orang tua kita, maka kita membuktikannya dengan selalu berupaya membahagiakan hatinya dan menjaga segala perasaannya. Hidup akan lebih bermakna jika kita dapat paham dengan hakikat cinta, hakikat yang bagaimana ?, Yakni bahwa cinta itu tidak ditujukan dengan kata-kata, namun dengan bukti yang nyata. Dan cinta itu bukan sesuatu yang membuat kita tersenyum di dunia dan menjerit di akhirat, namun sesuatu yang membuat kita tersenyum di dunia dan bahagia di akhirat. Maka cintailah kekasih kita dengan Cinta bukan dengan hawa nafsu.

“Cinta dalam diam adalah cinta yang tulus, karena cinta sejati akan tetap ada tanpa perlu disuarakan kepada dunia”
-Ali bin Abi Thalib-
Arsara *
Arsara *
Articles: 2

Leave a Reply