Judul: Negara Kita Telah Runtuh

 

Langit Jakarta memerah saat matahari tenggelam di cakrawala, menyelimuti ibu kota yang kacau dalam bayangan senja. Di tengah reruntuhan gedung-gedung dan jalanan yang berantakan, tampak seorang pria tua berdiri dengan tatapan kosong. Suara tembakan dan ledakan masih terdengar di kejauhan, tanda bahwa pertempuran belum usai. Hari itu, tanggal 17 Agustus 2024, yang seharusnya menjadi hari perayaan kemerdekaan, justru menjadi saksi keruntuhan negara.

Awal dari SegalanyaTahun 2020, Indonesia menghadapi krisis ekonomi yang parah. Harga-harga melonjak tinggi, pengangguran merajalela, dan korupsi semakin merajalela di segala lini. Di desa kecil di Sulawesi Selatan, seorang pemuda bernama Arman berjuang keras untuk mempertahankan keluarganya. Ayahnya yang bekerja sebagai petani tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari karena harga pupuk yang melambung tinggi. Arman, yang baru lulus kuliah, terpaksa bekerja serabutan.”Arman, kita harus mencari jalan keluar,” kata ayahnya dengan suara penuh harap suatu malam. “Kalau begini terus, kita tidak akan bertahan.”Arman tahu ayahnya benar, tapi ia tak tahu harus mulai dari mana. Jakarta terasa begitu jauh, dan suara-suara dari desa mereka hampir tak pernah terdengar di sana.

Pemberontakan yang Tak TerhindarkanDi Papua, gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin kuat. Rakyat Papua merasa diabaikan dan tertindas oleh pemerintah pusat. Markus, seorang pemuda Papua yang kehilangan keluarganya dalam bentrokan dengan TNI, bergabung dengan OPM untuk memperjuangkan kemerdekaan.”Kita tidak bisa terus-menerus hidup di bawah bayang-bayang Jakarta,” kata Markus kepada rekan-rekannya. “Kita harus merdeka, untuk kebebasan kita sendiri.”

Deklarasi KemerdekaanPada awal tahun 2024, situasi semakin memanas. Di Aceh, Riau, Maluku, dan banyak daerah lain, semangat kemerdekaan mulai berkobar. Rakyat di provinsi-provinsi ini merasa semakin diabaikan dan dipinggirkan. Mereka akhirnya memutuskan untuk mengambil tindakan.Di Banda Aceh, gubernur mengumpulkan ribuan rakyat di alun-alun kota. “Hari ini, kita mendeklarasikan kemerdekaan Aceh dari Indonesia,” serunya. Sorak-sorai rakyat menggema, menandai awal dari serangkaian deklarasi serupa di seluruh negeri.

Kekacauan yang Tak TerhindarkanJakarta tidak tinggal diam. TNI dikerahkan untuk memadamkan pemberontakan, tapi mereka kewalahan. Di Sulawesi Selatan, Arman menyaksikan bagaimana teman-temannya bergabung dengan gerakan separatis lokal. Kekerasan terjadi di mana-mana, dan pemerintah pusat kehilangan kendali.Sementara itu, di Papua, Markus dan pasukannya berhasil merebut beberapa pos TNI. “Kita akan terus berjuang sampai Papua merdeka,” katanya dengan tegas. Namun, kekalahan TNI di beberapa front justru memperparah kekacauan. Loyalitas prajurit mulai goyah, banyak yang memilih pulang atau bergabung dengan pemberontak.

TNI yang Tersungkur Pertempuran demi pertempuran, TNI semakin terdesak. Di Sulawesi Selatan, Arman melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana pasukan pemberontak berhasil merebut markas TNI di kotanya. “Ini adalah akhir dari NKRI,” pikirnya dengan getir.Di Jakarta, pemerintah pusat mencoba mempertahankan kontrol, tapi situasi sudah terlalu jauh. Banyak pejabat yang melarikan diri ke luar negeri, meninggalkan rakyat dalam kekacauan.

Dampak Keruntuhan Dengan jatuhnya NKRI, lahir 32 negara baru di bekas wilayah Indonesia. Setiap negara baru berusaha mencari jalan sendiri, namun tantangan yang dihadapi sangat besar. Di Aceh, pemerintah baru berusaha membangun kembali ekonomi yang runtuh. Di Papua, Markus dan teman-temannya mencoba menciptakan pemerintahan yang adil dan demokratis.Di Sulawesi Selatan, Arman memilih untuk membantu membangun komunitasnya. “Kita harus bangkit dari kehancuran ini,” katanya kepada ayahnya. “Kita harus menciptakan masa depan yang lebih baik.”

Epilog:

Di tengah semua kekacauan dan penderitaan, ada secercah harapan. Rakyat Indonesia yang dulu bersatu di bawah NKRI kini harus menemukan cara untuk hidup berdampingan sebagai tetangga. Perjuangan untuk kebebasan dan keadilan belum selesai, tapi dari reruntuhan, muncul tekad baru untuk membangun masa depan yang lebih baik.Di sebuah desa kecil di Sulawesi Selatan, Arman dan ayahnya menatap matahari terbit. “Ini adalah awal yang baru,” kata Arman pelan. “Kita akan terus berjuang, demi masa depan yang lebih baik.”

Catatan :

Novel ini adalah fiksi yang mengangkat tema keruntuhan sebuah negara besar dan perjuangan rakyatnya untuk bangkit dari kehancuran. Meski berdasarkan situasi nyata, cerita ini tidak dimaksudkan untuk menggambarkan kejadian sebenarnya. Semoga kisah ini menjadi pengingat akan pentingnya persatuan, keadilan, dan kerja keras dalam membangun sebuah bangsa.

Syarif Hasby
Syarif Hasby

Yes sir

Articles: 5

Leave a Reply