Mengikuti Kebijakan Pusat atau Kebutuhan Objek?
“Sesungguhnya Allah menyuruh kam berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” -An-Nahl : 90-
Dari Firman Allah SWT pada surat An-Nahl ayat 90 terdapat dua pesan yang tersirat didalamnya. Pesan pertama berbentuk perintah untuk berlaku adil, berbuat ihsan, dan memperhatikan kerabat. Pesan kedua berbentuk larangan untuk menghindari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Yang jika kita kaitkan dengan perkaderan dua pesan tadi saling mengaitkan satu sama lain.
Pada dasarnya perkaderan merupakan suatu bentu usaha suatu organisasi dalam proses pembentukan kader. Yang pada akhirnya dapat kita simpulkan bersama bahwa perkaderan merupakakan suatu serangkaian proses kegiatan yang dilakukan suatu kelompok atau organisasi tertentu untuk membentuk kader-kader yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah di tentukan oleh masing-masing organisasi. Di dalam perkaderan IPM tersendiri mamiliki landasan atau konsep dasar diadakannya perkaderan, yaitu Sistem Perkaderan Ikatan (SPI).
SPI merupakan dasar atau landasan dari sistem-sistem yang hadir pada setiap perkaderan IPM dan juga seperangkat konsep dalam membentuk kerangka yang berfungsi sebagai pedoman bagi IPM dalam melakukan suatu kaderisasi. Teman-teman kalau kita lihat dari segi sejarah SPI, sudah ada lima kali perubahan pada SPI, mulai dari SPI Merah (1986), SPI Biru (1994), SPI Hijau (2002), SPI Kuning (2014) dan akhir-akhir ini sudah ada isu perubahan SPI menjadi SPI Putih. Rekan-rekan satu pergerakan kalau kita teliti lebih bahwa rata-rata perubahan SPI terjadi dalam tenggat waktu 8-10 tahun sekali, ternyata setelah saya kaji lebih dalam bahwa terdapat dua hal mengapa SPI bisa berubahi. Pertama, hal ini terjadi sebagai solusi yang dihadirkan oleh perkaderan-perkaderan IPM agar tidak tertelan oleh kemajuan IPTEK. Sehingga IPM dari tahun ke tahun hadir dengan inovasi-inovasinya yang cemerlang. Kedua, karena atas keresahan IPM melihat kondisi lingkungan maka terciptalah sistem perkadederan baru, sehingga dapat disimpulkan bahwa SPI berubah karena atas dasar kebutuhan setiap zamannya berubah sehingga IPM hadir dengan sistem barunya yang pasti harus menyesuaikan dengan zaman.
Namun kawan-kawan yang akan kita bahas pada tulisan bukan untuk mengkaji terlalu dalam terkait SPI, namun yang jadi permasalahan utama yang akan kita bahas pada tulisan ini adalah apakah system atau kebijakan yang sudah dihadirkan oleh pusat seusai dan relevan dengan kebutuhan objek? Seperti yang kita ketahui bahwa SPI kuning hadir dengan sistem fasilitator dan sistem perkaderan yang dua arah, otomatis sistem instruktur dan metode penyampaian secara satu arah pun dapat dipastikan sudah tidak relevan untuk dipakai pada saat ini. Selain perubahan SPI, paradigma IPM juga sudah berganti beberapakali seperti 3T (Tertib ibadah, tertib sekolah, tertib organisasi) kemuadian ada Gerakan Kritis Tranformatif dilanjuti dengan Gerakan Pelajar Berkemajuan lalu dalam SPI Putih pada kali ini membawa paradigma Gerakan kepemimpinan Berdampak. Menurut pribadi penulis membahas paradigma IPM lebih dalam adalah suatu hal yang cukup menarik untuk kita kaji bersama.
Disini penulis ingin berbagi pengalaman ketika penulis kala itu menjadi peserta Forum Ta’aruf Orientasi (FORTASI). Fortasi adalah perkaderan pertama yang saya ikuti ketika menginjak kaki di pesantren kita tercinta ini. Pada intinya FORTASI adalah perkaderan yang berfokus pada pengenalan budaya dan lingkungan pesantren, kala itu sistem perkaderannya memakai sistem instruktur yang menurut kami itu terlalu brlebihan bagi kami kelas 1 Madrasah Tsanawiyah dan tentunya itu tidak sesuai dengan SPI Kuning saat itu. Menginjak kelas 2 MTs saya mengikuti upgrading IPM di Bidang Perkaderan, saya pilih perkaderan karena saya merasa bahwa saya bisa memberi solusi dan inovasi terbaik pada sistem perkaderannya. Saat itu Bidang Perkaderan terjadi reformasi pada sistemnya dan kembali mengikuti SPI Kuning sebagai pedoman dan juga memakai sistem gamifikasi juga.
Gamifikasi adalah salah satu model pembelajaran yang berbasis pada sistem permainan, seperti pada permainan umumnya disini kami menerapkan sitem seperti di mobile legend, dimana para peserta harus mengumpulkan poin sebanyak mungkin agar dapat mengisi posisi nomor 1 di leaderboard dan terdapat 3 cara untuk mengumpulkan poin-poin diantaranya ada afektif, psikomotorik serta koognitif. Memakai sistem perkaderan yang berbahagia ternyata tidak seburuk itu ketika kami terapkan bahkan bisa dianggap sebagai perkaderan yang ‘paripurna’ pada saat itu. Namun seiring berjalan nya zaman Generasi Alpha atau yang sering kita sebut Gen Alpha sekarang sudah menduduki kursi kelas satu dan dua di tingkat Tsanawiyah. Gen Alpha ini terkenal dengan generasi strawberry yaitu generasi yang sangat memiliki inovasi-inovasi dan kreatif namun dari segi mentalnya jelek dan segi moral-etika nya yang sangat buruk. Disini kami sebagai fasilitator tentu sangat bingung bagaimana caranya kami mengatasi permasalahan ini karena pada dasarnya kader yang paripurna tercipta pada perkaderan yang paripurna.
Oleh karena itu saya selaku Sekertaris Bidang Perkaderan menanyakan kepada rekan-rekan fasilitator saya ‘apakah kita mengikuti sistem dan kebijakan yang telah dihardikan oleh pusat masih relevan dengan kebutuhan objek saat ini?’ tentu ini menjadi tugas yang berat bagi kami selaku fasilitator karena disisi ini SPI adalah landasan dan pedoman pada setiap perkaderan formal IPM sedangkan disisi lain kebutuhan objek juga adalah salah satu prioritas kami sebagai fasilitator karena bagaimana cara nya kita selaku fasilitator dapat mewadahi para objek dan mampu memfasilitasinya.
Pada akhirnya kami menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan tadi. Yaitu kami memakai SPI sekitar 50% lebih dan sisanya kita yang menentukan kebijakan kita sendiri, karena pada dasarnya pimpinan pusat tidak mengetahui keadaan sebenarnya yang sedang di alami oleh ranting, bukan berari kami sebagai ranting tidak mau mengikuti kebijakan pusat namun kami juga harus bisa mengatasi permasalahan ini dan belum tentu kebijakan pusat adalah solusi terbaik.
-Salam Kader Visioner-